Senin, 19 Februari 2018

latar belakang puisi

A. Latar Belakang Puisi adalah karya seni. Ia adalah karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 1995: 3). Sesuatu yang mempunyai makna, tentu mempunyai fungsi pula. Horace mengatakan bahwa puisi itu indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam arti ia puitis, bisa membuat pembaca terharu, sedih, semangat, atau bahagia. Berguna dalam arti ia memberikan pencerahan. Puisi adalah kelahiran yang sempurna dari hati, pikiran dan khayal. Meskipun selalu tampak keanihan-keanihan dan penyimpangan (distorting) dari bahasa yang lazim dipergunakan, namun dengan keanihan itulah, puisi dapat membebaskan dirinya dari keakraban dan kungkungan, sehingga ia mampu menunjukkan realitas yang sebenarnya. Kelahirnya membuat rongsokan baru, suasana baru, penciptaan baru (creating) pencerahan, dan revolusi pikiran, batin dan diri.(Halimi, 2001: 2) Puisi, menurut Abrams sebenarnya bukan merupakan karya yang sederhana, melainkan organisme yang sangat kompleks.


Puisi diciptakan dengan berbagai unsur bahasa dan estetika yang saling melengkapi, sehingga puisi terbentuk dari berbagai makna yang saling bertautan. Dengan demikian, pada hakekatnya puisi merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan kesatuan yang indah. Puisi memancarkan seribu aura, memunculkan cahaya, dan menebar kesejukan dari dunia lain, yang pembacanya mampu menundukkan perasaannya untuk selalu bernostalgia dengan kata-kata yang terbingkai dalamnya. Emily Dickenson mengatakan “kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi’. Puisi mampu membakar semangat, meneriakkan kesungguhan, menancapkan ego dan menumbuhkan keagungan. Byron dalam bukunya menulis “puisi adalah lava imajinasi yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi.” Puisi lebih dari pada karya tulis lain merupakan sebuah otentik yang mencakup banyak nilai di antara yang pokok nilai estetik dan etis. Puisi itu milik nurani manusia maka siapapun berhak menulisnya. Tiada batas dan sekat bagi orang-orang yang ingin menuliskan nya, tidak pernah pandang bulu, pandang suku dan pandang latar belakang, mereka berhak menuliskan, mengalirkan rangkaian kata-kata dengan seluruh semangat jiwa, hati dan pikiran mereka. Tukang becak, guru, siswa, buruh bahkan kyiai pun berhak mengungkapkan deraian kata dengan tetesantetesan tinta pada dalam lembaran-lembaran kertas. Puisi yang ditulis dengan hati nurani, akan memancarkan seribu cahaya, memiliki arti keagungan dan dapat menyejukkan, ia akan selalu berbingkai kebenaran dalam larik-lariknya. Hati nurani adalah berita kebenaran yang kadang tidak terungkap dalam realitas, puisi, ladang mengungkapkannya, ia mampu 2 menyiratkan makna, membersitkan makna, sehingga pembaca mampu mengambil hikmah dari kata-katanya. Islah Gusmian, mengatakan “ adakah yang lebih bening dari mata hati, kala ia menegur kita tanpa suara. Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menegur kita tanpa kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari matahati, ketika ia menghentak kita dari ragam kesalahan dan alpa. Muhammad Iqbal -- Sang Allama, begitu dia disebut di negerinya – adalah seorang filosof sastrawan Timur paling terkemuka pada abad ke-20 M yang pernah dilahirkan dunia Islam. Gelar yang patut diberikan kepadanya ialah Filosof Kebangkitan Timur dan Islam. Judul buku-bukunya sendiri, yang di dalamnya gagasan-gagasan pembaharuannya dituangkan dalam ungkapan puisi yang indah dan inspiratif, selalu mengacu pada tema kebangkitan bangsa-bangsa Timur dan Islam. Misalnya Payam-i Masyriq (Pesan Dari Timur) dan Pas Chih Bayad Kard Aye Aqwam-i Syarq (Apa Yang Harus Kau Lakukan O Bangsa-bangsa Timur?”. Himpunan ceramahnya yang terkenal diberi judul Membangun Kembali Pemikiran Keagamaan Dalam Islami Pemikiran-pemikiran pembaharuannya banyak dikemas dalam karya sastranya (puisi), dan itu yang membuat selalu dalam kehangatan dan keabadian karyanya. Iqbal adalah saksi dari zamannya yang saat itu sedang dalam titik terendah kesuraman. Negerinya, sebagaimana negeri Islam lainnya saat itu, sedang dalam keadaan terjajah, miskin, bodoh, dan terbelakang. Dan Iqbal, dengan kecerdasan intelektual, emosional,dan spiritual yang dianugerahi Tuhan, bergerak dan melesat, khususnya dalam hal penulisan dan pemikiran, bahkan tenaga dan waktu. Dia menulis dan terus menulis, dalam bahasa Urdu, Parsi, dan Inggeris. Dia berkelana ke Eropah, bergaul dengan banyak pemikir dan intelektual, untuk bekal perjuangannya. Pada 1905, Iqbal pergi ke Inggris untuk belajar di Trinity College, Cambridge University, dan juga belajar ilmu hukum di Lincoln Inn. Dia meraih gelar Bachelor of Arts dari Cambridge University tahun 1907, dan meraih gelaran Ph.D. di bidang filsafat dari Fakulti Filsafat di Ludwig-Maximilians University di Munich di tahun yang sama. Gelaran doktoralnya ini diraihnya dengan disertasi The Development of Metaphysics in Persian dengan bimbingan Prof Dr Friedrich Hommel. Tangan kreatifnya memulai menulis puisi dalam bahasa Parsi di Eropa, karena ia lebih bisa dipahami oleh kebanyakan orang yang tinggal dikawasan Iran dan Afghanistan. Iqbal memang sedang ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu. “Sesungguhnya sudah masanya bagi kita saat ini untuk memelihara asas-asas Islam,” serunya. Dengarlah semangatnya: Bangunlah, wahai Muslim, hembuskan hidup yang baru Pada segenap jiwa yang hidup Bangkitlah dan nyalakan semangat Orang yang bernyawa Bangkitlah dan letakkan kakimu di jalan lain. Pada 1908, Iqbal pulang, dan sejak itu dia meniti karier di bidang akademik, perundangan, dan, yang paling didalaminya: puisi. Dia bekerja sebagai penolong profesor di Government College, Lahore, yang kemudian dilepaskannya pada 1909 kerana niatnya untuk memberi tumpuan penuh sebagai peguam. Tapi, dalam perjalanannya, Iqbal tidak dapat memberikan fokus sebagai seorang peguam, tetapi 3 membahagi waktunya untuk perundangan dan perkembangan intelektual serta spiritualnyaii . Iqbal berjuang di All-India Muslim Leage di awal 1930an. Bersama Muhammad Ali Jinnah, dia merumuskan konsep Negara bagi Muslim India, dan tak pernah melihat berdirinya Pakistan tahun 1947 kerana sudah wafat pada 1938. Iqbal juga dijuluki Muffakir-e-Pakistan (Pemikir dari Pakistan) dan Shair-iMashriq (Penyair dari Timur), dan hari lahirnya dirayakan sebagai hari cuti umum dan dinamai 'Iqbal Day' di Pakistan. Tahun 1911, Iqbal membacakan pusinya Shikvah (Keluhan) pada pertemuan tahunan dari organisasi Anjuman Himayat-e-Islam, Lahore. Dan, pada 1913 puisinya Javab-e-Shikyah (Jawaban dari Keluhan) dibacakan di Mochi Gate, Lahore. Asrar-i-Khudi (Rahsia Diri) terbit pada 1915. Inilah antologi puisi pertama Iqbal, dan ditulis dalam bahasa Parsi. Bukan sekadar puisi, tapi terkandung filsafat agama. Isinya berisi tentang pentingnya Ego. Bagi Iqbal, jawapan atas pertanyaanpertanyaan esensial berkenaan dengan Ego sangatlah penting untuk persoalan moral, baik untuk individual ataupun masyarakat. Rumuz-i-Bekhudi (Rahsia Kedirian), dibuat dalam bahasa Parsi tahun 1918. Tema utamanya berisi tentang masyarakat ideal, etika dan prinsip sosial dalam Islam, dan hubungan antara individu dan masyarakat. Di sini, Iqbal juga menjelaskan aspek-aspek penting dari agama lain. Iqbal melihat bahawa individu dan masyarakatnya sebenarnya saling mencerminkan satu dengan lainnya. Individu harus menjadi jiwa yang kuat sebelum bersatu dengan masyarakatnya. Dan, dengan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, Ego belajar menerima batasbatasan kebebasannya dan makna cinta. Penelitian tentang gagasan Muhammad Iqbal yang dikaitkan dengan puisi ini sangat penting sebagai wujud apresiasi terhadap karya sastra, terutama yang berhubungan dengan tema-tema pembaharuan keislaman yang selalu mewarnai tumbuh dan berkembangnya keberagamaan seseorang. Lebih dari itu, penelitian ini amat penting untuk menambah referensi kesusastraan di fakultas Humaniora dan Budaya di mana peneliti tercatat sebagai pengampu matakuliah nadhariayh aladab, al-adab al-ma’ashir dan al-adab al-sya’bi pada semester ganjil. B. Pembatasan Masalah Sesuai dengan judul yang diangkat, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut. 1. Sebagai langkah awal, permasalahan yang akan dibahas adalah estetika puisi yang meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, verifikasi dan tata wajah puisi. 2. Kajian tema dan amanat puisi sebagai wujud makna puisi. Dan puisi yang dikaji hanya yang berkaitan dengan pembaharuan Muhammad Iqbal dalam beberapa kitabnya. C. Perumusan Masalah Penulisan ini dibuat karena sebuah puisi dapat mengungkap sebuah realitas yang sesungguhnya dan merupakan contoh perwujudan nilai dari sebuah jalinan yang unik antara pencipta, proses penciptaan dan karya cipta. Maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagaimana berikut : 4 Secara umum, sejumlah masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik puisi Muhammad Iqbal? 2. Bagaimana gagasan pembaharuan Islam dalam puisi Muhammad Iqbal? D. Tujuan Penelitian Sebagaimana lazimnya penelitian, tujuan penelitian biasanya diorientasikan untuk mendapatkan jawaban atas beberapa masalah yang telah terumus dengan baik dalam rumusan masalah. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengungkap karakteristik puisi-puisi yang ditulis oleh Muhammad Iqbal. 2. Menemukan gagasan-gagasan pembaharuan Islam dalam puisi Muhammad Iqbal. E. Kegunaan Penelitian Sebuah penelitian dibuat bukan hanya sebuah pajangan ia memiliki kegunaan atau manfaat yang harus, penelitian ini memiliki kegunaan : 1. Manambah hazanah keislaman dalam pemikiran Muhammad Iqbal. 2. Memberikan tambahan pengetahuan tentang karya sastra (puisi) dalam mengungkap sebuah gagasa-gagasan yang tertuang di dalamnya. F. Metode Penelitian Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, disiplin kajian karya sastra juga memiliki metode khusus untuk penelitian. Oleh karena itu pendekatan kesusastraan merupakan corak atau tipologi yang paling menonjol dalam kajian gagasan pemikiran pemikiran Muhammad Iqbal terkait bahasan yang diangkat dalam penelitian kali ini. Dalam penelitian ini karya – karya Muhammad Iqbal dipandang atau diteliti menurut nilai sastra. Melihat latar belakang masalah yang diangkat, penelitian ini sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan/studi pustaka (Library Research), yaitu sebuah penelitian yang memfokuskan penelitiannya dengan menggunakan data dan informasi dari berbagai macam literatur baik berupa buku-buku, majalah, naskahnaskah, catatan-catatan, kisah sejarah dan lain-lain. Sementara itu dalam penelitian ini, untuk mempermudah pembahasan serta sebagai syarat ilmiah yang diharapkan mampu menyentuh persoalah secara lebih mendalam dan untuk meminimalisir terjadinya distorsi pemikiran, penulisan ini menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian ilmiah. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sebagai penelitian yang sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan/studi pustaka (Library Research), pengumpulan data terutama difokuskan pada data dan informasi dari berbagai macam literatur baik berupa buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan-catatan, kisah sejarah dan lain-lain yang terkait dengan pemikiran Muhammad Iqbal terutama yang berkaitan dengan gagasan pembaharuan Muhammad Iqbal dalam Islam. Adapun sumber-sumber data tersebut dapat berupa data primer maupun data 5 sekunder. Sebagai sumber data utama atau data primer dalam penelitian ini, penulis mengambil tulisan-tulisan yang secara langsung ditulis oleh Muhammad Iqbal sendiri. Untuk mendukung hasil penelitian yang optimal, selain data primer penulis juga menggunakan data skunder, yakni berbagai tulisan baik buku maupun artikel yang terkait dengan sejarah kehidupan, pemikiran dan perjuangan Muhammad Iqbal, atau beberapa buku yang terkait dengan pembahasan penulis tentang kesadaran profetik dan kesadaran mistik. 2. Metode Pengolahan Data Agar keseluruhan data tersebut, baik data primer maupun data skunder dapat dipaparkan dengan baik, penulis menggunakan metode pengolahan data sebagai berikut : a. Metode Diskripsi Yaitu uraian yang dihadirkan peneliti dengan cara teratur mengenai puisipuisi seorang tokoh. Dengan menggunakan metode ini diusahakan dapat menggambarkan secara keseluruhan pemikiran Muhammad Iqbal terutama tentang gagasan Muhammad Iqbal. b. Metode Analisis Dalam puisi, analisa berarti perincian kalimat-kalimat atau ungkapanungkapan ke dalam bagian-bagiannya sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pemeriksaan atas makna yang dikandungnya, mungkin lebih tetap apresiasi sastra. Dengan metode ini penulis akan mencoba secara maksimal melakukan pemeriksaan secara konseptual atas makna yang dikandung oleh ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam puisi Muhammad Iqbal, sehingga dapat memperoleh substansi makna yang dimaksud dalam gagasan pembaharuan Islam. c. Metode Intepretasi Adalah menyelami karya seorang tokoh untuk memperoleh arti dan nuansa yang dimaksud oleh tokoh tersebut dengan cara yang khas. Melalui metode ini, karyakarya puisi Muhammad Iqbal akan diselami untuk mendapatkan arti dan nuansanya, kemudian diangkat menjadi satu konsepsi pemikiran Iqbal tentang kesadaran gagasan pemikiran. Bahaya paling besar sebuah interpretasi adalah kemungkinan terjadinya salah interpretasi atau salah baca. Namun kemungkinan ini akan coba diminimalisir dengan menilik sebanyak mungkin data dan informasi menyangkut pemikiran kesusastraan penyair ini. G. Sistematika Penulisan Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua Riwayat Muhammad Iqbal, karya-karyanya, latar belakang pemikiran Iqbal, landasan teori. Berisi serangkaian teori yang akan menadasari penelitian. Landasan teori antara lain berisi teori tentang struktur wacana puitik, teori tentang interpretasi puisi, teori tentang pembacaan puisi yang berupa pembacaan secara estetik, serta teori tentang tema dan amanat puisi. 6 Bab ketiga Puisi-puisi Iqbal, objek pembahasan, bentuknya dan beberapa penapat Iqbal dalam puisi, diwan-diwan Iqbal. Berisi tentang pendekatan, metode penelitian, teknik penarikan kesimpulan, dan objek penelitian. Bab keempat berisi analisis wacana puitik mengenai puisi secara estetik Bab kelima analisis tema dan amanat pembaharuan dalam puisi disertai Bab keenam penutup. Merupakan simpulan dari hasil analisis dilengkapi dengan saran. H. Kajian Pustaka Sebagai penyair yang telah memberikan kontribusi besar atas kajian dan gerakan pemikiran Islam, karya-karya dan tulisan yang mengangkat. Muhammad Iqbal tak terbilang jumlahnya. Baik yang mengapresiasi karya puisinya, pemikiran Islamnya, filsafatnya, maupun penerjemahan karya-karyanya dalam berbagai bahasa. Salah satu karya intelektual yang mengkaji secara mendalam karya puisinya adalah berjudul Iqbal; Sirātuh wa Falsafātuh wa Syi’ruh, karangan ‘Abdul Wahhab ‘Azzam yang diterbitkan pertama kali di Pakistan pada tahun 1954. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Filsafat dan Puisi Iqbal oleh Ahmad Rofi’ Usman yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka, Bandung: 1985. Karya ini dimulai dengan membahas kehidupan penyair-filosof Iqbal sejak kelahirannya sampai perjalanan karir dan berbagai karya-karya Iqbal. Sebagai seorang yang sangat dekat secara pemikiran dan fisik dengan Iqbal, penulis dengan penuh semangat berhasil memberikan gambaran yang sangat utuh tentang sosok pemikir muslim Muhammaq Iqbal. Dalam pengantarnya dia menjelaskan bagaimana gairah dan semangat Iqbal dalam mengobarkan api-api perjuangan bagi kebangkitan generasi muda yang saat itu mengalami kelemahan gerak dan terbuai oleh materialisme barat. Sedangkan karya yang mengupas tentang pemikirannya adalah MM. Syarif, berjudul Muhammad Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, terjemahan Yusuf Jamil, Mizan, 1984. Karya ini lebih banyak mengupas tentang filsafat Iqbal, terutama yang terkait dengan konsepsi ketuhanan dan keindahan, serta pembahasan yang cukup singkat tentang seni. Untuk mempermudah memetakan pemikiran Iqbal, penulis mencoba mengelompokkan tahapan perkembangan pemikiran Iqbal ke dalam tiga periode. Yakni; periode pertama, antara tahun 1901 – 1908. dalam masa ini, menurut penulis, pemikiran Iqbal tentang Tuhan dan keindahan lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Platonis. Lalu periode kedua, yakni antara tahun 1908 – 1920 yang mulai munculnya pemikiran Iqbal tentang keindahan dan cinta, serta periode ketiga antara tahun 1930 -1938 yang merupakan puncak filsafat diri (Ego)- nya. Sementara itu, karya yang juga banyak mengupas filsafat Muhammad Iqbal adalah tulisan ‘Abdul Haleem Hilal, Social Philosophy of Sir Muhammad Iqbal (Delhi, India: Chitli Qabar, 1995). Selain mengupas berbagai pemikiran Iqbal, karya ini lebih dititik beratkan pada konsepsi Iqbal tentang Khudī (pribadi). Yakni Pribadi yang bergerak aktif dalam peran social masyarakat. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu-individu. Namun tidak sebagai kumpulan yang saling terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan secara keseluruhan. Dalam keseluruhan itu bagian yang lain tidak dapat hidup dan berkembang tanpa sebagian yang lain. 7 Masyarakat adalah ibarat organ tubuh yang masing-masing bagiannya memiliki peran yang sangat signifikan dalam tumbuh dan berkembang bersama. Tanpa adanya individu-individu yang sadar akan peran sosialnya masing-masing keberlangsungan hidup masyarakat akan mengalami goncangan negatif dan disharmoni. Disamping karya-karya tersebut ada beberapa karya skripsi maupun tesis yang juga mengangkat pemikiran Muhammad Iqbal. Diantaranya adalah tulisan Dhian Kusumaratri, yang lebih menekankan pada perbandingan konsepsi mistik antara Muhammad Iqbal dengan William James. Selain itu ada juga skripsi Ahmad Maulana, yang melakukan kajian tentang eksistensi manusia menurut Muhammad Iqbal, serta tesis karya Lukman S. Thahir yang membahas liberalisme Islam dalam pemikiran Iqbal. Sebagai pemikir yang sepanjang sejarah pemikiran Islam memiliki kontribusi yang besar, usaha untuk mengenal pribadi Iqbal tentu harus lebih banyak dan lebih mendalam melalui berbagai penelitian yang dilakukan untuk menggali terus-menerus pemikir besar ini. Dari beberapa karya di atas, sekalipun hampir semuanya bertolak pada konsepsi pribadi manurut Iqbal, serta relasi antara ego dan super-Ego, namun belum memberikan penjelasan lebih lengkap bagaimana bagaimana Iqbal memberikan penjelasan tentang kesadaran profetik dan kesadaran mistik. Sebab kedua kesadaran ini dalam pengalaman keagamaan manusia memiliki ciri dan identifikasi yang sangat berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar