A. Latar Belakang
Puisi adalah karya seni. Ia adalah karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 1995:
3). Sesuatu yang mempunyai makna, tentu mempunyai fungsi pula. Horace
mengatakan bahwa puisi itu indah dan berguna (dulce et utile). Indah dalam arti ia
puitis, bisa membuat pembaca terharu, sedih, semangat, atau bahagia. Berguna
dalam arti ia memberikan pencerahan.
Puisi adalah kelahiran yang sempurna dari hati, pikiran dan khayal. Meskipun
selalu tampak keanihan-keanihan dan penyimpangan (distorting) dari bahasa yang
lazim dipergunakan, namun dengan keanihan itulah, puisi dapat membebaskan
dirinya dari keakraban dan kungkungan, sehingga ia mampu menunjukkan realitas
yang sebenarnya. Kelahirnya membuat rongsokan baru, suasana baru, penciptaan
baru (creating) pencerahan, dan revolusi pikiran, batin dan diri.(Halimi, 2001: 2)
Puisi, menurut Abrams sebenarnya bukan merupakan karya yang sederhana,
melainkan organisme yang sangat kompleks.
Puisi diciptakan dengan berbagai
unsur bahasa dan estetika yang saling melengkapi, sehingga puisi terbentuk dari
berbagai makna yang saling bertautan. Dengan demikian, pada hakekatnya puisi
merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan dan gambaran
semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponennya dan merupakan
kesatuan yang indah.
Puisi memancarkan seribu aura, memunculkan cahaya, dan menebar kesejukan
dari dunia lain, yang pembacanya mampu menundukkan perasaannya untuk selalu
bernostalgia dengan kata-kata yang terbingkai dalamnya. Emily Dickenson
mengatakan “kalau aku membaca sesuatu dan dia membuat tubuhku begitu sejuk
sehingga tiada api yang dapat memanaskan aku, maka aku tahu bahwa itu adalah
puisi. Hanya dengan cara inilah aku mengenal puisi’. Puisi mampu membakar
semangat, meneriakkan kesungguhan, menancapkan ego dan menumbuhkan
keagungan. Byron dalam bukunya menulis “puisi adalah lava imajinasi yang
letusannya mencegah timbulnya gempa bumi.”
Puisi lebih dari pada karya tulis lain merupakan sebuah otentik yang mencakup
banyak nilai di antara yang pokok nilai estetik dan etis. Puisi itu milik nurani
manusia maka siapapun berhak menulisnya. Tiada batas dan sekat bagi orang-orang
yang ingin menuliskan nya, tidak pernah pandang bulu, pandang suku dan pandang
latar belakang, mereka berhak menuliskan, mengalirkan rangkaian kata-kata
dengan seluruh semangat jiwa, hati dan pikiran mereka. Tukang becak, guru, siswa,
buruh bahkan kyiai pun berhak mengungkapkan deraian kata dengan tetesantetesan
tinta pada dalam lembaran-lembaran kertas.
Puisi yang ditulis dengan hati nurani, akan memancarkan seribu cahaya,
memiliki arti keagungan dan dapat menyejukkan, ia akan selalu berbingkai
kebenaran dalam larik-lariknya. Hati nurani adalah berita kebenaran yang kadang
tidak terungkap dalam realitas, puisi, ladang mengungkapkannya, ia mampu
2
menyiratkan makna, membersitkan makna, sehingga pembaca mampu mengambil
hikmah dari kata-katanya. Islah Gusmian, mengatakan “ adakah yang lebih bening
dari mata hati, kala ia menegur kita tanpa suara. Adakah yang lebih jujur dari
nurani, saat ia menegur kita tanpa kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari matahati,
ketika ia menghentak kita dari ragam kesalahan dan alpa.
Muhammad Iqbal -- Sang Allama, begitu dia disebut di negerinya – adalah
seorang filosof sastrawan Timur paling terkemuka pada abad ke-20 M yang pernah
dilahirkan dunia Islam. Gelar yang patut diberikan kepadanya ialah Filosof
Kebangkitan Timur dan Islam. Judul buku-bukunya sendiri, yang di dalamnya
gagasan-gagasan pembaharuannya dituangkan dalam ungkapan puisi yang indah
dan inspiratif, selalu mengacu pada tema kebangkitan bangsa-bangsa Timur dan
Islam. Misalnya Payam-i Masyriq (Pesan Dari Timur) dan Pas Chih Bayad Kard
Aye Aqwam-i Syarq (Apa Yang Harus Kau Lakukan O Bangsa-bangsa Timur?”.
Himpunan ceramahnya yang terkenal diberi judul Membangun Kembali Pemikiran
Keagamaan Dalam Islami
Pemikiran-pemikiran pembaharuannya banyak dikemas dalam karya sastranya
(puisi), dan itu yang membuat selalu dalam kehangatan dan keabadian karyanya.
Iqbal adalah saksi dari zamannya yang saat itu sedang dalam titik terendah
kesuraman. Negerinya, sebagaimana negeri Islam lainnya saat itu, sedang dalam
keadaan terjajah, miskin, bodoh, dan terbelakang. Dan Iqbal, dengan kecerdasan
intelektual, emosional,dan spiritual yang dianugerahi Tuhan, bergerak dan melesat,
khususnya dalam hal penulisan dan pemikiran, bahkan tenaga dan waktu. Dia
menulis dan terus menulis, dalam bahasa Urdu, Parsi, dan Inggeris. Dia berkelana
ke Eropah, bergaul dengan banyak pemikir dan intelektual, untuk bekal
perjuangannya.
Pada 1905, Iqbal pergi ke Inggris untuk belajar di Trinity College, Cambridge
University, dan juga belajar ilmu hukum di Lincoln Inn. Dia meraih gelar Bachelor
of Arts dari Cambridge University tahun 1907, dan meraih gelaran Ph.D. di bidang
filsafat dari Fakulti Filsafat di Ludwig-Maximilians University di Munich di tahun
yang sama. Gelaran doktoralnya ini diraihnya dengan disertasi The Development
of Metaphysics in Persian dengan bimbingan Prof Dr Friedrich Hommel.
Tangan kreatifnya memulai menulis puisi dalam bahasa Parsi di Eropa,
karena ia lebih bisa dipahami oleh kebanyakan orang yang tinggal dikawasan Iran
dan Afghanistan.
Iqbal memang sedang ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya.
Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal
merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya
dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu.
“Sesungguhnya sudah masanya bagi kita saat ini untuk memelihara asas-asas
Islam,” serunya. Dengarlah semangatnya: Bangunlah, wahai Muslim, hembuskan
hidup yang baru Pada segenap jiwa yang hidup Bangkitlah dan nyalakan semangat
Orang yang bernyawa Bangkitlah dan letakkan kakimu di jalan lain.
Pada 1908, Iqbal pulang, dan sejak itu dia meniti karier di bidang akademik,
perundangan, dan, yang paling didalaminya: puisi. Dia bekerja sebagai penolong
profesor di Government College, Lahore, yang kemudian dilepaskannya pada 1909
kerana niatnya untuk memberi tumpuan penuh sebagai peguam. Tapi, dalam
perjalanannya, Iqbal tidak dapat memberikan fokus sebagai seorang peguam, tetapi
3
membahagi waktunya untuk perundangan dan perkembangan intelektual serta
spiritualnyaii
.
Iqbal berjuang di All-India Muslim Leage di awal 1930an. Bersama
Muhammad Ali Jinnah, dia merumuskan konsep Negara bagi Muslim India, dan
tak pernah melihat berdirinya Pakistan tahun 1947 kerana sudah wafat pada 1938.
Iqbal juga dijuluki Muffakir-e-Pakistan (Pemikir dari Pakistan) dan Shair-iMashriq
(Penyair dari Timur), dan hari lahirnya dirayakan sebagai hari cuti umum
dan dinamai 'Iqbal Day' di Pakistan.
Tahun 1911, Iqbal membacakan pusinya Shikvah (Keluhan) pada pertemuan
tahunan dari organisasi Anjuman Himayat-e-Islam, Lahore. Dan, pada 1913
puisinya Javab-e-Shikyah (Jawaban dari Keluhan) dibacakan di Mochi Gate,
Lahore.
Asrar-i-Khudi (Rahsia Diri) terbit pada 1915. Inilah antologi puisi pertama
Iqbal, dan ditulis dalam bahasa Parsi. Bukan sekadar puisi, tapi terkandung filsafat
agama. Isinya berisi tentang pentingnya Ego. Bagi Iqbal, jawapan atas pertanyaanpertanyaan
esensial berkenaan dengan Ego sangatlah penting untuk persoalan
moral, baik untuk individual ataupun masyarakat.
Rumuz-i-Bekhudi (Rahsia Kedirian), dibuat dalam bahasa Parsi tahun 1918.
Tema utamanya berisi tentang masyarakat ideal, etika dan prinsip sosial dalam
Islam, dan hubungan antara individu dan masyarakat. Di sini, Iqbal juga
menjelaskan aspek-aspek penting dari agama lain. Iqbal melihat bahawa individu
dan masyarakatnya sebenarnya saling mencerminkan satu dengan lainnya. Individu
harus menjadi jiwa yang kuat sebelum bersatu dengan masyarakatnya. Dan, dengan
berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, Ego belajar menerima batasbatasan
kebebasannya dan makna cinta.
Penelitian tentang gagasan Muhammad Iqbal yang dikaitkan dengan puisi ini
sangat penting sebagai wujud apresiasi terhadap karya sastra, terutama yang
berhubungan dengan tema-tema pembaharuan keislaman yang selalu mewarnai
tumbuh dan berkembangnya keberagamaan seseorang. Lebih dari itu, penelitian
ini amat penting untuk menambah referensi kesusastraan di fakultas Humaniora dan
Budaya di mana peneliti tercatat sebagai pengampu matakuliah nadhariayh aladab,
al-adab al-ma’ashir dan al-adab al-sya’bi pada semester ganjil.
B. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul yang diangkat, peneliti membatasi permasalahan
sebagai berikut.
1. Sebagai langkah awal, permasalahan yang akan dibahas adalah estetika
puisi yang meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,
verifikasi dan tata wajah puisi.
2. Kajian tema dan amanat puisi sebagai wujud makna puisi. Dan puisi yang
dikaji hanya yang berkaitan dengan pembaharuan Muhammad Iqbal dalam
beberapa kitabnya.
C. Perumusan Masalah
Penulisan ini dibuat karena sebuah puisi dapat mengungkap sebuah realitas
yang sesungguhnya dan merupakan contoh perwujudan nilai dari sebuah jalinan
yang unik antara pencipta, proses penciptaan dan karya cipta. Maka masalah
penelitian ini dirumuskan sebagaimana berikut :
4
Secara umum, sejumlah masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik puisi Muhammad Iqbal?
2. Bagaimana gagasan pembaharuan Islam dalam puisi Muhammad Iqbal?
D. Tujuan Penelitian
Sebagaimana lazimnya penelitian, tujuan penelitian biasanya diorientasikan
untuk mendapatkan jawaban atas beberapa masalah yang telah terumus dengan baik
dalam rumusan masalah. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengungkap karakteristik puisi-puisi yang ditulis oleh Muhammad
Iqbal.
2. Menemukan gagasan-gagasan pembaharuan Islam dalam puisi
Muhammad Iqbal.
E. Kegunaan Penelitian
Sebuah penelitian dibuat bukan hanya sebuah pajangan ia memiliki
kegunaan atau manfaat yang harus, penelitian ini memiliki kegunaan :
1. Manambah hazanah keislaman dalam pemikiran Muhammad Iqbal.
2. Memberikan tambahan pengetahuan tentang karya sastra (puisi) dalam
mengungkap sebuah gagasa-gagasan yang tertuang di dalamnya.
F. Metode Penelitian
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, disiplin kajian karya sastra juga memiliki
metode khusus untuk penelitian. Oleh karena itu pendekatan kesusastraan
merupakan corak atau tipologi yang paling menonjol dalam kajian gagasan
pemikiran pemikiran Muhammad Iqbal terkait bahasan yang diangkat dalam
penelitian kali ini. Dalam penelitian ini karya – karya Muhammad Iqbal dipandang
atau diteliti menurut nilai sastra.
Melihat latar belakang masalah yang diangkat, penelitian ini sepenuhnya
merupakan penelitian kepustakaan/studi pustaka (Library Research), yaitu sebuah
penelitian yang memfokuskan penelitiannya dengan menggunakan data dan
informasi dari berbagai macam literatur baik berupa buku-buku, majalah, naskahnaskah,
catatan-catatan, kisah sejarah dan lain-lain.
Sementara itu dalam penelitian ini, untuk mempermudah pembahasan serta
sebagai syarat ilmiah yang diharapkan mampu menyentuh persoalah secara lebih
mendalam dan untuk meminimalisir terjadinya distorsi pemikiran, penulisan ini
menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian
ilmiah. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sebagai penelitian yang
sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan/studi pustaka (Library Research),
pengumpulan data terutama difokuskan pada data dan informasi dari berbagai
macam literatur baik berupa buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan-catatan,
kisah sejarah dan lain-lain yang terkait dengan pemikiran Muhammad Iqbal
terutama yang berkaitan dengan gagasan pembaharuan Muhammad Iqbal dalam
Islam. Adapun sumber-sumber data tersebut dapat berupa data primer maupun data
5
sekunder. Sebagai sumber data utama atau data primer dalam penelitian ini, penulis
mengambil tulisan-tulisan yang secara langsung ditulis oleh Muhammad Iqbal
sendiri.
Untuk mendukung hasil penelitian yang optimal, selain data primer penulis
juga menggunakan data skunder, yakni berbagai tulisan baik buku maupun artikel
yang terkait dengan sejarah kehidupan, pemikiran dan perjuangan Muhammad
Iqbal, atau beberapa buku yang terkait dengan pembahasan penulis tentang
kesadaran profetik dan kesadaran mistik.
2. Metode Pengolahan Data
Agar keseluruhan data tersebut, baik data primer maupun data skunder dapat
dipaparkan dengan baik, penulis menggunakan metode pengolahan data sebagai
berikut :
a. Metode Diskripsi
Yaitu uraian yang dihadirkan peneliti dengan cara teratur mengenai puisipuisi
seorang tokoh. Dengan menggunakan metode ini diusahakan dapat
menggambarkan secara keseluruhan pemikiran Muhammad Iqbal terutama tentang
gagasan Muhammad Iqbal.
b. Metode Analisis
Dalam puisi, analisa berarti perincian kalimat-kalimat atau ungkapanungkapan
ke dalam bagian-bagiannya sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan atas makna yang dikandungnya, mungkin lebih tetap apresiasi sastra.
Dengan metode ini penulis akan mencoba secara maksimal melakukan pemeriksaan
secara konseptual atas makna yang dikandung oleh ungkapan-ungkapan yang
terdapat dalam puisi Muhammad Iqbal, sehingga dapat memperoleh substansi
makna yang dimaksud dalam gagasan pembaharuan Islam.
c. Metode Intepretasi
Adalah menyelami karya seorang tokoh untuk memperoleh arti dan nuansa yang
dimaksud oleh tokoh tersebut dengan cara yang khas. Melalui metode ini, karyakarya
puisi Muhammad Iqbal akan diselami untuk mendapatkan arti dan nuansanya,
kemudian diangkat menjadi satu konsepsi pemikiran Iqbal tentang kesadaran
gagasan pemikiran. Bahaya paling besar sebuah interpretasi adalah kemungkinan
terjadinya salah interpretasi atau salah baca. Namun kemungkinan ini akan coba
diminimalisir dengan menilik sebanyak mungkin data dan informasi menyangkut
pemikiran kesusastraan penyair ini.
G. Sistematika Penulisan
Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab kedua Riwayat Muhammad Iqbal, karya-karyanya, latar belakang
pemikiran Iqbal,
landasan teori. Berisi serangkaian teori yang akan menadasari penelitian.
Landasan teori antara lain berisi teori tentang struktur wacana puitik, teori tentang
interpretasi puisi, teori tentang pembacaan puisi yang berupa pembacaan secara
estetik, serta teori tentang tema dan amanat puisi.
6
Bab ketiga Puisi-puisi Iqbal, objek pembahasan, bentuknya dan beberapa
penapat Iqbal dalam puisi, diwan-diwan Iqbal. Berisi tentang pendekatan, metode
penelitian, teknik penarikan kesimpulan, dan objek penelitian.
Bab keempat berisi analisis wacana puitik mengenai puisi secara estetik
Bab kelima analisis tema dan amanat pembaharuan dalam puisi disertai Bab
keenam penutup. Merupakan simpulan dari hasil analisis dilengkapi dengan
saran.
H. Kajian Pustaka
Sebagai penyair yang telah memberikan kontribusi besar atas kajian dan
gerakan pemikiran Islam, karya-karya dan tulisan yang mengangkat. Muhammad
Iqbal tak terbilang jumlahnya. Baik yang mengapresiasi karya puisinya, pemikiran
Islamnya, filsafatnya, maupun penerjemahan karya-karyanya dalam berbagai
bahasa.
Salah satu karya intelektual yang mengkaji secara mendalam karya puisinya
adalah berjudul Iqbal; Sirātuh wa Falsafātuh wa Syi’ruh, karangan ‘Abdul Wahhab
‘Azzam yang diterbitkan pertama kali di Pakistan pada tahun 1954. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Filsafat dan Puisi Iqbal oleh
Ahmad Rofi’ Usman yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka, Bandung: 1985. Karya
ini dimulai dengan membahas kehidupan penyair-filosof Iqbal sejak kelahirannya
sampai perjalanan karir dan berbagai karya-karya Iqbal. Sebagai seorang yang
sangat dekat secara pemikiran dan fisik dengan Iqbal, penulis dengan penuh
semangat berhasil memberikan gambaran yang sangat utuh tentang sosok pemikir
muslim Muhammaq Iqbal. Dalam pengantarnya dia menjelaskan bagaimana gairah
dan semangat Iqbal dalam mengobarkan api-api perjuangan bagi kebangkitan
generasi muda yang saat itu mengalami kelemahan gerak dan terbuai oleh
materialisme barat.
Sedangkan karya yang mengupas tentang pemikirannya adalah MM. Syarif,
berjudul Muhammad Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, terjemahan Yusuf Jamil,
Mizan, 1984. Karya ini lebih banyak mengupas tentang filsafat Iqbal, terutama yang
terkait dengan konsepsi ketuhanan dan keindahan, serta pembahasan yang cukup
singkat tentang seni. Untuk mempermudah memetakan pemikiran Iqbal, penulis
mencoba mengelompokkan tahapan perkembangan pemikiran Iqbal ke dalam tiga
periode. Yakni; periode pertama, antara tahun 1901 – 1908. dalam masa ini,
menurut penulis, pemikiran Iqbal tentang Tuhan dan keindahan lebih banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Platonis. Lalu periode kedua, yakni antara tahun 1908
– 1920 yang mulai munculnya pemikiran Iqbal tentang keindahan dan cinta, serta
periode ketiga antara tahun 1930 -1938 yang merupakan puncak filsafat diri (Ego)-
nya.
Sementara itu, karya yang juga banyak mengupas filsafat Muhammad Iqbal
adalah tulisan ‘Abdul Haleem Hilal, Social Philosophy of Sir Muhammad Iqbal
(Delhi, India: Chitli Qabar, 1995). Selain mengupas berbagai pemikiran Iqbal,
karya ini lebih dititik beratkan pada konsepsi Iqbal tentang Khudī (pribadi). Yakni
Pribadi yang bergerak aktif dalam peran social masyarakat. Masyarakat adalah
sebuah kumpulan individu-individu. Namun tidak sebagai kumpulan yang saling
terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan secara keseluruhan. Dalam
keseluruhan itu bagian yang lain tidak dapat hidup dan berkembang tanpa sebagian
yang lain.
7
Masyarakat adalah ibarat organ tubuh yang masing-masing bagiannya
memiliki peran yang sangat signifikan dalam tumbuh dan berkembang bersama.
Tanpa adanya individu-individu yang sadar akan peran sosialnya masing-masing
keberlangsungan hidup masyarakat akan mengalami goncangan negatif dan
disharmoni.
Disamping karya-karya tersebut ada beberapa karya skripsi maupun tesis
yang juga mengangkat pemikiran Muhammad Iqbal. Diantaranya adalah tulisan
Dhian Kusumaratri, yang lebih menekankan pada perbandingan konsepsi mistik
antara Muhammad Iqbal dengan William James. Selain itu ada juga skripsi Ahmad
Maulana, yang melakukan kajian tentang eksistensi manusia menurut Muhammad
Iqbal, serta tesis karya Lukman S. Thahir yang membahas liberalisme Islam dalam
pemikiran Iqbal.
Sebagai pemikir yang sepanjang sejarah pemikiran Islam memiliki
kontribusi yang besar, usaha untuk mengenal pribadi Iqbal tentu harus lebih banyak
dan lebih mendalam melalui berbagai penelitian yang dilakukan untuk menggali
terus-menerus pemikir besar ini. Dari beberapa karya di atas, sekalipun hampir
semuanya bertolak pada konsepsi pribadi manurut Iqbal, serta relasi antara ego dan
super-Ego, namun belum memberikan penjelasan lebih lengkap bagaimana
bagaimana Iqbal memberikan penjelasan tentang kesadaran profetik dan kesadaran
mistik. Sebab kedua kesadaran ini dalam pengalaman keagamaan manusia memiliki
ciri dan identifikasi yang sangat berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar